Secang atau sepang (Biancaea sappan L. Tod.) adalah perdu anggota suku polong-polongan (Fabaceae) yang dimanfaatkan pepagan (kulit kayu) dan kayunya sebagai komoditas perdagangan rempah-rempah.
Asal usul tumbuhan ini tidak diketahui dengan pasti;[1] namun telah sejak lama dibudidayakan orang di wilayah India, Asia Tenggara, Melanesia, hingga Pasifik, terutama sebagai penghasil bahan pewarna dan juga bahan obat tradisional.[2] Ia dikenal dengan berbagai nama, seperti seupeueng (Aceh); sepang (Gayo); sopang (Toba); sapang, cacang (Mink.); sĕpang, sĕcang (Btw.); sĕcang (Sd.); kayu secang, soga jawa (Jw.); kajo sècang (Md.); cang (Bl.); sĕpang (Sas.); supa, supang (Bm.); sapang (Mak.); sĕpang (Bug.); sèpè (Rote), sèpèl (Timor), hapé (Sawu), hong (Alor); sèfèn (Weda), sawala, singiang, sinyianga, hinianga (aneka dialek di Maluku Utara), sunyiha (Ternate), roro (Tidore); sema (Man.), naga, pasa, dolo (aneka dialek di Sulawesi Utara).[3] Dalam bahasa asing dikenal sebagai sappanwood (Ingg.), dan suou (Jp.).
Kerabat dekatnya yang berasal dari Amerika Selatan, kayu brazil atau brezel (P. echinata), juga dimanfaatkan untuk hal yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar