Rabu, 24 April 2024

JARAK MERAH


Jarak merah
 (Jatropha gossypiifolia) adalah tanaman etnobotani yang dapat dijadikan sebagai sumber obat tradisional.[1] Beberapa pemanfaatan jarak merah dari jaringan misalnya biji digunakan sebagai obat pencahar. Namun, beberapa literatur mengatakan bahwa penggunaan biji jarak sebagai obat herbal dilarang karena toksiksitasnya yang tinggi.

Di beberapa negara misalnya Trinidad, tanaman ini digunakan secara etnoveterinari oleh para pemburu untuk mengobati patukan ular, sengatan kalajengking, luka dan kudis pada anjing pemburu mereka. Di Ghana, rebusan daun jarak merah digunakan untuk pengobatan melalui mandi. Kegunaan yang lain ialah mengobati sakit gigi, pendarahan gusi, menghilangkan rasa nyeri, dan sembelit.

SIRIH


Sirih
 adalah tanaman asli dari Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada batang pohon lain.[1] Sirih dikenal dalam masing-masing bahasa dengan nama yang khas, yaitu: suruh (Jawa), lu'at (Bahasa Ma'anyan),sireh (Melayu), bido (Ternate), base (Bali), dan amo (Ambon).[2] Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dikunyah bersama gambirpinangtembakau dan kapur. Namun, mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan. Lalu, kapurnya juga membuat pengerutan gusi (periodentitis) yang dapat membuat gigi tanggal, walaupun daun sirihnya yang mengandung antiseptik sebagai pencegah gigi berlubang.[3]

Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka); sirih sangat berperan dalam kehidupan dan berbagai upacara adat rumpun Melayu.

Di Indonesia, sirih merupakan flora khas provinsi Kepulauan Riau. Masyarakat Kepulauan Riau sangat menjunjung tinggi budaya upacara makan sirih khususnya saat upacara penyambutan tamu dan menggunakan sirih sebagai obat berbagai jenis penyakit. Walaupun demikian, tanaman sirih masih banyak dijumpai di seluruh Indonesia, dimanfaatkan atau hanya sebagai tanaman hias.

GAMBIR


Gambir
 (genus Uncaria) adalah genus tumbuhan yang termasuk suku rubiaceae. Di Indonesia gambir pada umumnya digunakan untuk menyirih. Kegunaan yang lebih penting adalah sebagai bahan penyamak kulit dan pewarna. Gambir juga mengandung katekin (catechin), suatu bahan alami yang bersifat antioksidanIndia mengimpor 68% gambir dari Indonesia, dan menggunakannya sebagai bahan campuran menyirih.

RUKU-RUKU


Ruku-ruku
 (Lampes/Kemangi Hutan/Holy Basil) (Latin: Ocimum tenuiflorum Linne)[1][2] merupakan tanaman terna yang tergolong famili lamiaceae dan berasal dari sebagian wilayah India dan Asia Tenggara. Untuk wilayah Indonesia sendiri, tanaman ini dapat ditemui di daerah Sumatera, Sumbawa, dan sekitarnya.[3] Tanaman ini masih berkerabat dekat, serta memiliki bentuk dan aroma yang mirip dengan daun kemangi[4], sehingga orang sering mengiranya sebagai daun kemangi biasa. Tanaman ruku-ruku ini juga masih satu famili dengan tanaman selasih. Tanaman ruku-ruku ini biasanya digunakan untuk masakan Minangkabau yang berupa lalapan dan gulai, serta dipercaya berkhasiat untuk penyakit darah tinggi dan jantung.[5]

BONGLAI


Bangle
 (Zingiber cassumunar)[1] atau bonglai[2] (Zingiber montanum (J.König) Link ex A.Dietr. = syn. Zingiber cassumunar, syn. Z. purpureum Roxb.) adalah salah satu tanaman rempah-rempah anggota suku temu-temuan (Zingiberaceae). Rimpangnya dimanfaatkan sebagai bumbu dapur dan bahan pengobatan. Tumbuhan ini dikenal diberbagai tempat dengan nama yang bervariasi: mungle (Aceh), bungle (Tapanuli), kunik bolai (Rana Minang), banglee'iy (Rejang), panglai (Pasundan/Sunda), pandhiyâng (Madura), bale (Makassar), panini (Bugis), unin makei (Ambon).

Bangle ditemukan di kawasan India selatan yang beriklim tropis dan kawasan Asia Tenggara seperti: vietnamthailand, malaysia, indonesiamyanmarlaos dan kamboja.

KLABAT


Kelabat
Klabet, atau Fenugreek (Trigonella foenum-graecum) merupakan tumbuhan dari keluarga Fabaceae. Klabet dapat digunakan untuk obat herbal herb (daunnya) dan sebagai rempah (bijinya), dikenal juga dengan nama methi). Tumbuhan ini dibudidayakan secara global sebagai semi-arid crop dan merupakan bumbu umum untuk pembuatan kari atau kareNama fenugreek atau foenum-graecum berasal dari bahasa Latin untuk "Greek hay". Tanaman ini memiliki kesamaan dengan wild clover yang disebut oleh orang Swedia sebagai: "bockhornsklöver" sama dengan namanya dalam bahasa Jerman: "Bockshornklee", yang berarti: "ram's horn clover".

Zohary and Hopf mencatat bahwa tidak dapat dipastikan mana yang tipe alamiah dari strain Trigonella yang kemudian didomestikasi menjadi fenugreek namun dipercaya bahwa tanaman ini dulunya dibawa untuk dibudidayakan di Near East. Sisa klabet ditemukan di Tell Halal, Iraq, (berdasarkan alisa radiocarbon diperkirakan berumur to 4000 BC) dan Jaman Perunggu di Lachish, sebagaimana juga biji keringnya dijumpai di makam Tutankhamen.[2] Cato the Elder lists fenugreek with clover and vetch as crops grown to feed cattle (De Agri Cultura, 27).

KEMIRI

Kemiri (Aleurites moluccana (L.) Wild.), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Dalam perdagangan antarnegara dikenal sebagai candleberryIndian walnut, serta candlenut. Pohonnya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industri untuk digunakan sebagai bahan campuran cat.

Tidak diketahui dengan tepat asal-usulnya, tumbuhan ini menyebar luas mulai dari India dan Cina, melewati Asia Tenggara dan Nusantara, hingga Polinesia dan Selandia Baru.[1] Di Indonesia, kemiri dikenal dengan banyak nama. Di antaranya, kembiri, gambiri, hambiri (Bat.); damiu (Selayarkemili (Gayo); kemiling (Lamp.); buah kareh (buah keras, Mink.Nias); kaminting (BjnDay.muncang (Sd.); dèrèkan, pidekan, kêmiri (Jw.); kamèrè, komèrè, mèrè (Md.); kumbè (''Belitung''); pelleng (Bugis) dan lain-lain.[2]

Kemiri sekarang tersebar luas di daerah-daerah tropis. Tanaman ini adalah tumbuhan resmi negara bagian Hawaii.


KAPULAGA SABRANG


Kapulaga seberang
 atau kapulaga sabrang (Elettaria cardamomum) adalah sejenis rempah yang penting untuk pelbagai jenis masakan di Asia dan juga banyak digunakan untuk bahan obat tradisional (jamu). Berasal dari Asia Selatan, jenis kapulaga ini diduga menyebar secara liar hingga ke wilayah Malesia.[1]

Nama asing kapulaga adalah pai thou kou (bahasa Tionghoa). Orang Yunani menyebut buah itu cardamomom yang kemudian dilatinkan oleh orang Romawi menjadi cardamomum. Dalam bahasa Inggris disebut cardamom. Dalam bahasa Thai disebut kravaelaichi dalam bahasa Hindi, dan elakkaai dalam bahasa Tamil.

SAFFRON


Kuma-kuma
 atau safron (saffron) adalah nama untuk rempah-rempah dari bunga Crocus sativus ("bunga pacar"), sekaligus nama umum untuk tanaman Crocus sativus dari marga crocus famili Iridaceae.

Bunga kuma-kuma memiliki tiga kepala putik (stigma) yang terletak distal terhadap daun buah. Bagian tangkai putik, yang menghubungkan stigma dengan bagian bunga paling dalam, sering dikeringkan dan disebut safron yang dipakai sebagai bumbu masakan dan bahan pewarna.

Tanaman kuma-kuma berasal dari Asia Barat Daya,[1][2] dan safron bertahan sebagai komoditas rempah menurut timbangan berat yang termahal di dunia selama beberapa dekade.[1][3] Tanaman ini pertama kali dibudidayakan di sekitar Yunani.[4]

Safron memiliki rasa khas sedikit pahit dan berbau harum seperti iodoform atau rumput kering yang disebabkan zat kimia bernama picrocrocin dan safranal.[5][6] Safron mengandung crocin, salah satu bahan pewarna karotenoid yang membuat makanan menjadi kuning keemasan. Warna kuning terang safron menjadikannya sebagai rempah-rempah yang paling banyak dicari orang di dunia. Dalam pengobatan tradisional, safron digunakan sebagai obat berbagai macam penyakit.

Dalam bahasa Melayu, safron disebut koma-koma dan merupakan bumbu yang membuat nasi briyani (nasi beryani) menjadi berwarna kuning. Dalam bahasa Arab, safron ini disebut Za'faran (زَعْفَرَان), yang berasal dari kata aṣfar (أَصْفَر) yang berarti "kuning". Dalam bahasa Inggris ditulis sebagai saffron, diambil dari bahasa Perancis Kuno safran yang berasal dari bahasa Latin safranum.

WIJEN


Wijen
 (Sesamum indicum L. syn. Sesamum orientalis L.) adalah semak semusim yang termasuk dalam famili Pedaliaceae. Tanaman ini dibudidayakan sebagai sumber minyak nabati, yang dikenal sebagai minyak wijen, yang diperoleh dari ekstraksi bijinyaAfrika tropik diduga merupakan daerah asalnya, yang lalu tersebar ke timur hingga ke India dan Tiongkok. Di Afrika Barat ditemukan pula kerabatnya, S. ratiatum Schumach. dan S. alabum Thom., yang di sana dimanfaatkan daunnya sebagai lalapS. ratiatum juga mengandung minyak, tetapi mengandung rasa pahit karena tercampur dengan saponin yang juga beracun. Istilah lain yang digunakan untuk menyebut "wijen" yaitu bijan atau lenga. 

TEMU PUTIH


Temu putih
 (Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe syn. Curcuma pallida Lour. (Heyne)) adalah salah satu spesies dari famili Zingiberaceae yang telah dikomersilkan penggunaan rhizomanya sebagai tanaman obat dan empon-empon. Temu putih disebut pula sebagai temu kuning.[1] Produk alaminya banyak digunakan dalam industri parfum, pewarna untuk industri pangan, dan sebagai obat atau campuran obat. Khasiatnya bermacam-macam, tetapi biasanya terkait dengan pencernaan.[2]

Lebih lengkap, rimpangnya dipakai sebagai obat kudis, radang kulit, pencuci darah, perut kembung, dan gangguan lain pada saluran pencernaan serta sebagai obat pembersih dan penguat (tonik) sesudah nifas. Penelitian menunjukkan bahwa temu putih juga memiliki aktivitas antitumor, hepatoprotektif, anti-peradangan, dan analgesik.[3]

TEMU RAPET

Temu rapet atau kunci pepet (Kaempferia rotunda L.), atau kadang kala disebut kunir putih, adalah sejenis rempah-rempah rimpang yang masih berkerabat dekat dengan kencur. Berbeda dengan kencur, yang banyak dipakai sebagai bumbu masak, temu rapet lebih khusus dipakai untuk khasiat pengobatannya. Selain itu, karena daunnya yang indah, temu rapet ditanam pula di pekarangan sebagai tanaman hias.

Tanaman ini dikenal pula sebagai temu putri atau temu lilin (Btw.); ardong, kunir putih, kunci pĕpĕt (Jw.); dan koncè pet (Md.).[1] Namun soal nama ini perlu berhati-hati, karena kunir putih atau kunyit putih juga merupakan nama dari Curcuma zedoaria dan kunci pepet juga digunakan untuk menyebut Kaempferia angustifolia. Dalam bahasa Inggris Kaempferia rotunda dikenal sebagai Round-rooted Galangal.[2]
 

ADAS SOWA


Adas sowa
 adalah jenis tumbuhan berbunga dan tumbuhan semusim dari famili Apiaceae.[1] Adas sowa memiliki bunga berwarna kuning serta buah dengan bau yang menyengat, tetapi banyak digunakan untuk bumbu dapur.[1] Di Indonesia, tanaman adas sowa dapat ditemukan di Pulau Jawa.[1][2]